
Tugas Makalah Audit
Dasar
KERTAS
KERJA PEMERIKSAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
WIDYA YANI (46117026)
HASNIDAR (46117041)
SAFIRA AGUSTIA (46117066)
SYAHRIANI INTAN PERTIWI S. (46117073)
PROGRAM STUDI D-4
AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI
UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH subhanahu wa taala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul “ Kertas Kerja Pemeriksaan” ini kami susun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Audit Dasar.
Berhasilnya penyusunan Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan, saran, dan
masukan-masukan demi kelancaran penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari makalah ini belum mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar
kedepannya makalah yang kami susun dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 12 Mei 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Sampul
KATA PENGANTAR................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah................................................................................ 5
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................... 6
1.3 Tujuan
Penulisan........................................................................................... 7
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kertas Kerja Pemeriksaan.............................................................. 8
2.2 Isi Kertas
Kerja Pemeriksaan....................................................................... 9
2.3 Tujuan
Kertas Kerja Pemeriksaan............................................................ 10
2.4 Teknik
Dasar Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan........................... 12
2.5 Metode
Pemberian Indeks......................................................................... 12
2.6 Tipe Kertas Kerja
Pemeriksaan................................................................. 14
2.7 Penyusunan kertas
kerja pemeriksaan................................................... 22
2.7.1 Susunan kertas kerja pemeriksaan..................................................22
2.7.2 kriteria untuk penyusunan
kertas kerja pemeriksaan.......................23
2.7.3 Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyusunan
Kertas Kerja Pemeriksaan..............................................................................................24
2.8 Macam Arsip Kertas Kerja Pemeriksaan.................................................. 26
2.9 Kepemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan................ 28
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 30
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 33
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, Auditing sudah menjadi
hal yang tidak asing lagi di kalangan perusahaan. Hal ini sebagaimana yang
diatur dalam berbagai aturan hukum mengenai perlunya audit laporan keuangan,
antara lain : Kewajiban hukum suatu perseroan terbatas dilakukan audit.
Misalnya, pasal 68 ayat 1 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menyatakan bahwa Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan
publik untuk diaudit apabila memenuhi syarat tertentu.
Kemudian UU Pasar Modal, UU
Perbankan dan beberapa peraturan perundang-undangan lainnya yang juga mengatur
kewajiban audit laporan keuangan. Untuk perusahaan kecil dan menengah bisa memilih
menggunakan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) atau PSAK sebagai dasar
penyusunan laporan keuangannya. Sedangkan untuk perusahaan besar dan public company harus menggunakan PSAK
dan mulai tahun 2012 menggunakan International
Financial Reporting Standards (IFRS). Terlepas
dari hal tersebut, ada beberapa tahapan auditor dalam melaksanakan audit
laporan keuangan. Auditor akan membagi pekerjaan auditnya dalam empat tahap,
yaitu tahap perencanaan, tahap pengujian, tahap penyelesaian, dan tahap pelaporan. Dari empat tahap tersebut penulis
akan lebih berfokus pada tahap ketiga yaitu tahap penyelesaian.
Setelah melaksanakan tahapan perencanaan dan
melakukan seluruh prosedur audit pengujian. Maka auditor akan melakukan tahap
penyelesaian audit, berupa pengecekan atas kelengkapan Kertas Kerja Pemeriksaan
(KKP), kecukupan bukti untuk mengambil kesimpulan, mendiskusikan temuan audit
dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab pada tata kelola perusahaan.
Dalam tahap tersebut seorang
auditor pastinya mempuyai standar atau acuan dalam melakukannya. Mulai dari
memilah-milah kertas kerja, menyusun hingga mengarsipnya. Maka dari itu,
penulis akan membahas tentang Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) tersebut.
.
1.2
Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan ?
2) Apa saja isi dari kertas kerja pemeriksaan?
3) Apa tujuan kertas kerja pemeriksaan?
4) Bagaimana teknik dasar pembuatan kertas kerja pemeriksaan
?
5) Bagaimana metode pemberian indeks pada kertas kerja
pemeriksaan?
6) Apa saja tipe-tipe kertas kerja pemeriksaan?
7) Bagaimana susunan kertas kerja pemeriksaan ?
8) Kriteria-kriteria apa saja untuk penyusunan kertas kerja pemeriksaan yang baik ?
9) Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam penyusunan kertas kerja pemeriksaan yang baik?
10) Berapa macam arsip kertas kerja pemeriksaan?
11) Bagaimana kepemilikan dan penyimpanan kertas kerja
pemeriksaan
2.3
Tujuan Penulisan
1)
Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan
2)
Untuk
mengetahui isi dari kertas kerja pemeriksaan
3)
Untuk
mengetahui tujuan kertas kerja pemeriksaan
4)
Untuk
mengetahui teknik dasar pembuatan kertas kerja pemeriksaan
5)
Untuk
mengetahui metode pemberian indeks pada kertas kerja pemeriksaan
6)
Untuk
mengetahui tipe kertas kerja pemeriksaan
7)
Untuk
mengetahui susunan kertas kerja pemeriksaan
8)
Untuk
mengetahui kriteria untuk penyusunan kertas kerja pemeriksaan yang baik
9)
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam penyususnan kertas kerja pemeriksaan yang baik
10)
Untuk
mengetahui macam arsip kertas kerja pemeriksaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kertas Kerja Pemeriksaan
SA Seksi 339 Kertas
Kerja paragraph 03 mendefinisikan “Kertas kerja adalah catatan-catatan yang
diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya,
pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.”
Kertas Kerja
Pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam
menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisis yang dibuat
oleh auditor dan dari pihak ketiga. (Sukrisno Agoes: 2012).
1) Berkas yang berasal dari klien dapat berupa :
a) Neraca Saldo (Trial
Balance);
b) Rekonsiliasi Bank (Bank
Reconciliation);
c) Analisis Umur piutang (Accounts Receivable Aging Schedule);
d) Rincian Persediaan (Final
Inventory List);
e) Rincian Liabilitas;
f) Rincian Beban Umum dan Administrasi;
g) Rincian Beban Penjualan; dan
h) Surat Pernyataan Langganan.
2) Berkas-berkas yang didapat dari analisis yang dibuat oleh
auditor berupa:
a) Berita Acara Kas Opname (Cash Count Sheet);
b) Pemahaman dan Evaluasi Internal Control termasuk Internal Control Questionnaries;
c) Analisis Penarikan Aset Tetap;
d) Analisis mengenai cukup tidaknya Allowance For Bad Debts;
e) Working
Balance Sheet (WBS);
f) Working
Profit and Loss (WPL);
g)
Top Schedule;
h) Supporting
Schedule;
i) Konsep Laporan Audit; dan
j) Management
Letter.
3) Berkas-berkas yang diperoleh dari pihak ketiga berupa
Jawaban Konfirmasi dari :
a) Piutang;
b) Liabilitas;
c) Bank; dan
d) Penasihat Hukum Perusahaan.
2.2
Isi Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja
harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan
atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat
diterapkan telah dilaksanakan. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja
biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
1) Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan
baik, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3) Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang
telah diterapkan dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.
2.3
Tujuan Kertas
Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja
pemeriksaan mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain:
1) Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan
Opini
yang diberikan harus sesuai dengan kesimpulan pemeriksaan yang dicantumkan dalam
kertas kerja pemeriksaan.
2) Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan
pemeriksaan sesuai dengan Standar Pofesional Akuntan Publik (SPAP)
Dalam
kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah
diikuti dengan baik oleh auditor. Misalnya melakukan penilaian terhadap
pengendalian intern dengan menggunakan Internal
Control Questionnaires, mengirimkan konfirmasi piutang, meminta Surat
Pernyataan Langganan, dan lain-lain.
3) Sebagai Referensi dalam hal ada pertanyaan dari Pihak
Pajak, Pihak Bank dan Pihak Klien
Jika
Kertas Kerja Pemeriksaan Lengkap, pertanyaan apapun yang diajukan oleh
pihak-pihak tersebut, yang berkaitan dengan laporan audit bisa dijawab dengan mudah
oleh auditor, dengan menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai referensi.
4) Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim
audit) sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan
partner, sesudah selesai suatu penugasan
Evaluasi
tersebut biasa digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk kenaikan
jenjang jabatan dan kenaikan gaji.
5) Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya
Untuk
persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja pemeriksaan tersebut dapat dimanfaatkan
antara lain :
a) Untuk mengecek saldo awal;
b) Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan
untuk memeriksa klien tersebut;
c) Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk penyusunan audit plan tahun berikutnya.
2.4
Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan
Ada empat teknik dasar yang digunakan dalam pembuatan
kertas kerja. Keempat teknik tersebut adalah :
1) Pembuatan heading
atau kop surat :
·
Nama
klien
·
Judul
2) Nomor indeks
3)
Tick marks
Penggunaan tick
mark antara lain:
> = Telah dilakukan
penelusuran bukti ke jurnal dan seterusnya sampai buku besar.
Ù = Telah dilakukan perbandingan antara laporan dan
dokumentasi asli.
$ = Konfirmasi telah dilakukan dan sesuai dengan catatan klien.
T = Komentar telah
dibuktikan, diuji, dilakukan penyesuaian, dan telah diterima.
C.B
= Confirmed Balance <bila
cocok>
R.D
= Reporting Difference
4) Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan
tanggal pembuatan serta penelaahan.
2.5
Metode Pemeberian Indeks pada Kertas Kerja Pemeriksaan
Tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja
(Mulyadi, 2002):
1) Indeks Angka, diberikan pada :
a) Kertas kerja utama :
·
Program
Audit
·
Working Trial Balance
·
Ringkasan
Jurnal Adjustment
b) Skedul utama
c) Skedul pendukung
Kertas
Kerja Utama dan Skedul Utama diberi indeks dengan angka. Sedangkan skedul pendukung
diberi sub indeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
Contoh :
6 Skedul Utama Kas
6-1 Kas di Bank
6-2 Konfirmasi Bank
6-3 Kas Kecil
7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Konfirmasi Piutang Usaha
2) Indeks Kombinasi Angka dan Huruf
Kertas Kerja Utama dan Skedul Utama diberi kode huruf. Sedangkan Skedul Pendukung diberi
kombinasi angka dan huruf.
Contoh :
A Skedul Utama Kas
A-1 Kas dan Bank
A-2 Konfirmasi Bank
A-3 Dana Kas Kecil
3. Indeks Angka Urut
Kertas
kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh :
1 Skedul Utama Kas
2 Kas dan Bank
3 Konfirmasi Bank
4 Dana Kas Kecil
2.6
Tipe Kertas Kerja Pemeriksaan
Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang
dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai
macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 5 tipe kertas kerja
berikut ini :
1) Program Audit (Audit
Program)
Agar tak
menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit program dan Audit Procedure. Audit
program merupakan daftar prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan
elemen tertentu. Sedangkan audit procedure
adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu
yang harus diperoleh pada saat pemeriksaan. Audit
program dapat digunakan untuk
merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta
jadwal pemeriksaan yang direncanakan.
Berikut contoh audit
program :
Gambar 2.1
2)
Working Trial Balance
Working
trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar
pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk
adjustment dan penggolongan kembali
yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang
akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited
financial statement). Working trial
balance ini biasanya berisi kolom-kolom.
Working
trial balance ini merupakan daftar
permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun
yang tercantum dalam daftrar saldo (trial
balance) kilen. Dalam proses audit, working
trial balance ini digunakan untuk
meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo
akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment
atau koreksi oleh auditor.
Dari kolom terakhir dalam working
trial balance tersebut, auditor menyajikan draf final laporan keuangan klien
setelah diaudit oleh auditor. Draf final inilah yang akan diusulkan oleh
auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan audit. Dalam working trial balance tersebut terdapat
kolom saldo akhir 31 Desember 20x1 (tahun yang lalu)”. Kolom ini diisi dengan
saldo-saldo akun setelah adjustment auditor dalam audit tahun yang lalu.
Pencantuman saldo-saldo dari audit tahun sebelunnya ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembandingan dengan saldo-saldo akun yang berkaitan untuk tahun yang
diaudit, agar auditor dapat memusatkan
perhatiannya
kepada perubahan-perubahan yang bersifat luar biasa. Kolom “saldo menurut buku
31 desember 20X2 (tahun ini)” digunakan untuk memindahkan saldo-saldo akun buku
besar klien untuk tahun yang diaudit.
Saldo akun-akun pendapatan dan biaya
harus dicantumkan dalam kolom ini juga, meskipun oleh klien saldo akun-akun
tersebut telah ditutup keakun saldo laba. Saldo akun saldo laba yang harus
dicantumkan dalam kolom ini adalah saldo akun tersebut pada awal tahun yang
diaudit. Dividen yang diumumkan akan dibagikan dan laba bersih tahun yang
diaudit dicantumkan secara terpisah dalam kolom ini.
Working
trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien
dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan,
klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a) Pengumpulan bukti transaksi;
b) Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan
buku pembantu;
c) Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar;
d) Pembuatan lembar kerja (work sheet);
e) Penyajian laporan keuangan.
Dalam proses auditnya, auditornya
bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan dengan tahap yang hampir
sama dengan tahap penyusunan laporan keuangan tersebut di atas.Tahap-tahap
penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau
pengumpulan skedul pendukung (supporting
schedules).
b) Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul
pendukung ke dalam skedul utama (lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
c) Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama
dan ringkasan jurnal adjustment kedalam working
trial balance.
d) Penyusunan laporan keuangan auditan.
Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan menjadi
Working Balance Sheet (WBS) dan Working
Profit and Loss (WBL). WBS biasanya terbagi atas WBS untuk pos-pos aktiva
dan untuk pos-pos passiva. Sedangkan, WPL berisi pos-pos laba rugi. Berikut
contoh Working Trial Balance :
Gambar
2.2
3) Ringkasan Jurnal Adjustment (Summary of Adjustment Journal Entries)
Ringkasan ini merupakan daftar yang
berisikan jurnal-jurnal koreksi kembali yang diusulkan kepada klien yang
diperoleh selama pemeriksaan berlangsung. Dalam proses auditnya, auditor
mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi
kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal adjustment yang nantinya
akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal
penggolongan kembali (reclassification
entries) untuk unsure, yang
meskipun tidak salah dicatat oleh klien namun untuk kepentingan penyajian
laporan keuangan yang wajar, harus digolongkan kembali.
Jurnal adjustment yang diusulkan
oleh auditornya biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan
kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal
penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.
Jurnal adjustment berbeda dengan
jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan oleh auditor
hanya untuk memperoleh pengelompokan yang benar dalam laporan keuangan klien.
Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas
kerja auditor, tidak untuk disarankan agar dibukukan kedalam catatan akuntansi
klien. Contoh jurnal penggolongan kembali adalah jurnal untuk menggolongkan
kembali saldo kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, sehingga jumlah
tersebut akan tampak dalam neraca sebagai piutang, bukan sebagai pengurang
terhadap saldo debit piutang usaha.
Akun piutang yang mempunyai saldo
kredit tersebut biasanya akan kembali lagi bersaldo debit dalam waktu singkat,
sehingga auditor tidak perlu menyarankan kepada klien untuk membukukan jurnal
penggolongan kembali tersebut. Di pihak lain, jurnal adjustment digunakan oleh
auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal
ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan
akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali
ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment.
Kemudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung
kedalam skedul utama yang berkaitan dan kedalam working trial balance. Berikut contoh Ringkasan Jurnal Adjustment :
Gambar 2.3
4) Skedul Utama (Lead
ScheduleOr Top Schedule )
Skedul utama adalah kertas kerja
yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung
untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk
menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan
dicantumkan didalam laporan keuangan dalam satu jumlah.
Sebagai contoh, skedul utama kas
merupakan penggabungan akun-akun buku besar: Kas ditangan Rp 5.000.000; Kas
dibank Rp 55.000.000,00, Dana Kas Kecil Rp 2.000.000. Saldo kas yang disajikan
didalam neraca adalah Rp 62.000.000 (Rp 5.000.000 + Rp 55.000.000 + Rp 2.000.000).
Skedul utama mempunyai kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap
kolom dalam skedul utama dipindahkan kedalam kolom yang berkaitan dalam working trial balance. Berikut contoh
skedul utama :
Gambar 2. 4
5) Skedul Pendukung (Supporting
Schedule)
Merupakan kertas kerja yang memuat
detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta koreksi-koreksi yang ada,
serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang dilaksanakana oleh
akuntan. Dengan kata lain supporting
schedule merupakan rincian dari pada top
schedule.
Berikut
contoh skedul pendukung :
Gambar 2.5
2.7 Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan
2.7.1 Susunan
Kertas Kerja Pemeriksaan
Untuk
memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai system dan
staf auditor, berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik
dan dalam urutan yang logis. Akuntan senior yang akan me-review kertas kerja
biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini :
1)
Draft
laporan audit (audit report)
2)
Laporan
keuangan auditan
3)
Ringkasan
informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar hal-hal yang Memerlukan
perhatian khusus dari reviewer).
4)
Program
audit
5)
Laporan
keuangan atau lembar kerja (work sheet)
yang dibuat oleh klien
6)
Ringkasan
jurnal adjustment
7) Working
trial balance
8)
Skedul
utama
9)
Skedul
pendukung
2.7.2 Kriteria
untuk Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik
1)
Kertas
kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan
2)
Harus
dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak kerugiannya,
antara lain:
a)
Membuang
waktu
b)
Dapat
salah menyalin
3)
Dalam
kertas kerja pemeriksaan harus
dijelaskan prosedur audit apa yang dilakukan dengan menggunakan audit tick mark. Misalnya:
a)
Periksa
aging schedule
b)
Cek
penjumlahan dengan cara footing dan cross footing
4)
Kertas
kerja pemeriksaan harus diindex / cross
index
5)
Kertas
kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working paper sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab
6)
Setiap
pertanyaan yang timbul pada review notes
harus terjawab, tidak boleh ada “ Open
Question ” (pertanyaan yang belum terjawab)
7)
Pada
kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan:
a)
Sifat
dari perkiraan yang diperiksa
b)
Prosedur
pemeriksaan yang dilakukan
c)
Kesimpulan
mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa
8)
Hal-hal
tambahan:
a)
Kertas
kerja pemeriksaan harus rapi dan bersih
b)
Kertas
kerja pemeriksaan harus mudah dibaca (jelas)
c)
Bahasa
yang digunakan (Indonesia atau Inggris) harus baik
d)
Jangan
hanya memfotocopy data dari klien
tanpa diberi suatu penjelasan.
9)
Dibagian
muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan index kertas
kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam
penugasan audit tersebut.
2.7.3 Faktor-Faktor
Yang Harus Diperhatikan Dalam Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan Yang Baik
Kecakapan
teknis dan keahlian profesional seorang auditor independen akan tercermin pada
kertas kerja yang dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan
auditor yang kompeten dalam melaksanakan pekerjaan lapangan sesuai dengan
standar auditing, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat.
Untuk memenuhi tujuan ini ada lima faktor yang harus diperhatikan.
1)
Lengkap
Kertas
kerja harus lengkap dalam arti:
a)
Berisi
semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi semua data
penting yang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
b)
Tidak
memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja akan diperiksa
oleh auditor senior untuk menentukan cukup atau tidaknya pekerjaan audit yang
telah dilaksanakan oleh stafnya dan bahkan ada kemungkinan kertas kerja
tersebut akan diperiksa oleh pihak luar, maka kertas kerja hendaknya berisi informasi
yang lengkap, sehingga tidak memerlukan tambahan penjelasan lisan. Kertas kerja
harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak
berisi informasi yang masih belum jelas atau pertanyaan yang belum terjawab.
2)
Teliti
Pada
saat membuat kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis
dan perhitungan.
3)
Ringkas
Kadang-kadang
auditor yang belum berpengalaman melakukan kesalahan dengan melaksanakan audit
yang tidak relevan dengan tujuan audit. Akibatnya, ia membuat atau mengumpulkan
kertas kerja dalam jumlah yang banyak dan cenderung tidak bermanfaat dalam
auditnya. Oleh karena itu, kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang
pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan
secara ringkas. Auditor harus menghindari rincian yang tidak perlu. Analisis
yang dilakukan oleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan
bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4)
Jelas
Kejelasan
dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh auditor. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda
perlu dihindari. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5)
Rapi
Kerapian
dalam pembuatan kerta kerja dan keteraturan kertas kerja akan membantu auditor
senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan auditor dalam
memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
2.8 Macam Arsip Kertas Kerja Pemeriksaan
Auditor mengelompokkan tiga macam arsip
kertas kerja untuk setiap kliennya:
1)
Arsip
kini (current file)
Current file, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari
pemeriksaan tahun berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai
manfaat untuk tahun yang diperiksa. Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas
opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang, Rincian persediaan, Rincian utang,
Rincian biaya dan lain lain.
2)
Arsip
permanen (permanent file)
Permanent file merupakan arsip kertas kerja yang
secara relatif tidak mengalami perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang
ulang untuk beberapa periode pengauditan. Contoh : Akte pendirian, accounting manual (pedoman akuntansi),
kontrak kontrak, dan notulen rapat. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai
tiga tujuan, yaitu :
a)
Sebagai
acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
b)
Untuk
memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang
baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c)
Untuk
menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Informasi dalam arsip permanen ini
harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Analisis terhadap akun-akun
tertentu yang relative tidak pernah mengalami perubahan harus juga dimasukkan kedalam
arsip permanen. Akun- akun seperti tanah, gedung, akumulasi depresiasi,
investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam
kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan
berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan
memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan
akun-akun tersebut.
Dalam hal ini arsip permanen
benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang
diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan
kembali informasi-infomasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja
tersendiri.
3)
Correspondence
File : Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat-menyurat, Facsimile dan lain-lain.
2.9 Kepemilikan
dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan
1)
Kertas
kerja pemeriksaan adalah milik akuntan publik. Hak auditor sebagai pemilik
kertas kerja pemeriksaan terikat pada batasan-batasan moral yang dibuat untuk
mencegah kebocoran-kebocoran yang tidak semestinya mengenai kerahasiaan (confidentiality) data klien.
2)
Walaupun
sebagian kertas kerja
akuntan publik dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi kliennya,
namun kertas kerja pemeriksaan tersebut tidak dapat dianggap sebagai bagian
atau pengganti dari catatan akuntansi klien tersebut.
3)
Bila
ada pihak lain yang ingin meminjam atau mereview kertas kerja pemeriksaan, baru
bisa diberikan atas persetujuan tertulis dari klien yang bersangkutan,
sebaiknya hanya bagian yang diperlukan saja yang dipinjamkan atau
diperlihatkan.
4)
Akuntan
publik harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan kertas kerja
pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja tersebut dengan peraturan yang berlaku (minimal 5 tahun).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Kertas Kerja Pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang
dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak
klien, analisis yang dibuat oleh auditor dan dari pihak ketiga.
2) Kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan: Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik; Pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh; dan Bukti audit
telah diperoleh.
3) Tujuan kertas kerja pemeriksaan antara lain: Mendukung
opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan; Sebagai bukti bahwa auditor
telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pofesional Akuntan Publik;
Sebagai Referensi dalam hal ada pertanyaan dari Pihak Pajak, Pihak Bank dan
Pihak Klien; Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit)
sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan
partner, sesudah selesai suatu penugasan; Sebagai pegangan untuk audit tahun
berikutnya.
4) Ada empat teknik dasar yang digunakan dalam pembuatan
kertas kerja pemeriksaan yaitu: Pembuatan
heading atau kop surat; pemberian nomor
indeks; pemberian tick marks; dan Pencantuman tanda tangan pembuat maupun
penelaah, dan tanggal pembuatan serta penelaahan.
5) Pemberian indeks terhadap kertas kerja dapat dilakukan
dengan 3 metode yaitu indeks angka; kombinasi angka dan huruf; dan indeks angka
urut.
6) Kertas Kerja Pemeriksaan dikelompokkan kedalam 5 tipe yaitu: program audit (audit program); working trial
balance; ringkasan jurnal adjustment (summary
of adjustment journal entries); skedul
utama (lead scheduleor top schedule); skedul pendukung (supporting schedule)
7) Kertas kerja pemeriksaan biasanya disusun dalam urutan: draft
laporan audit (audit report); laporan
keuangan auditan; ringkasan informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar
hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dari reviewer); program audit; laporan
keuangan atau lembar kerja (work sheet)
yang dibuat oleh klien; ringkasan jurnal
adjustment; working trial balance;
skedul utama; skedul pendukung.
8) Kriteria untuk penyusunan kertas kerja pemeriksaan yang
baik ada 9 yang secara jelas dijelaskan diatas.
9)
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan
kertas kerja pemeriksaan yaitu kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas,
jelas, dan rapi.
10)
Arsip kertas kerja pemeriksaan dibagi kedalam 3 macam
yaitu: Arsip kini (current file);
Arsip permanen (permanent file); dan Correspondence File.
11) Kertas kerja pemeriksaan merupakan milik akuntan publik
dan Akuntan publik harus mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk keamanan kertas kerja pemeriksaannya dan
menyimpan kertas kerja tersebut dengan peraturan yang berlaku (minimal 5 tahun)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan
Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat
Lesmana, Budi. Auditing. Bandung: Politeknik LP3I
Mahardika.
” BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ”.Tersedia: https://stiemahardhika.files.wordpress.com. [27 April
2019 ]
Mirza. ” Pertemuan 9a Kertas Kerja ”.Tersedia:https://
mirzabusiness.lecture.ub.ac.id/.../11/Pertemuan-9a-Kertas-Kerja.ppt. [12 Mei 2019 ]
Yuliana, Budiawan.
”Chapter V Kertas Kerja Pemeriksaan ”.Tersedia: https://docplayer.info/47198734-Chapter-v-kertas-kerja-pemeriksaan-audit-working-papers.html.
[27 April 2019 ]
Semoga bermanfaat dan salam sukses buat teman-teman.
Terus semangat dalam menuntut ilmu dan jangan putus asa.

