Gerakan Mengajar Asahan (GEMA): Kolaborasi Pemuda Gili Asahan Bersama NGO dan Relawan Pendidikan dalam Bingkai Semangat Kemerdekaan demi Terciptanya Generasi Gili Asahan yang Cerdas Berkualitas dengan Berpegang Pada Konsep Education for Sustainable Development (ESD)-BAKTI MILENIAL-PENDIDIKAN

Gerakan Mengajar Asahan (GEMA): Kolaborasi Pemuda Gili Asahan Bersama NGO dan Relawan Pendidikan dalam Bingkai Semangat Kemerdekaan demi Terciptanya Generasi Gili Asahan yang Cerdas Berkualitas dengan Berpegang Pada Konsep Education for Sustainable Development (ESD)

Oleh

Hasnidar



A.      Latar Belakang

       Gili Asahan adalah sebuah pulau kecil, di sebelah tenggara Pulau Lombok. Secara geografis, Gili Asahan berada pada titik koordinat 8° 44’ 18.016” LS 115° 53’ 12,041” BT dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Selat Lombok, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Blongas, di sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Bangko Bangko dan di sebelah timur berbatasan laut dengan Gili Gede.[1] Gili Asahan terletak di desa Batu Putih, kecamatan Sekotong Tengah, kabupaten Lombok Barat. Desa Batu Putih merupakan sebuah desa dengan jumlah penduduk 3.654 jiwa.[2]

       Gili Asahan merupakan salah satu gili berpenghuni, sehingga kegiatan ekonomi dan pendidikan dapat ditemui di gili ini. Sama halnya daerah pelosok lainnya, pendidikan menjadi isu penting di Gili Asahan. Berbicara mengenai pendidikan, pendidikan merupakan salah satu ukuran kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya. Tujuan pendidikan tidak lain adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada pasal 31 Ayat (1) UUD 1945, dikatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.[3] Artinya, setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi oleh kemampuan ekonomi ataupun kedudukan sosial.



       Pendidikan yang bermutu akan melahirkan generasi cerdas berkualitas sebagaimana tujuan pendidikan yang telah dimandatkan oleh Undang-Undang Dasar. Harapan terwujudnya generasi yang cerdas berkualitas, menekankan akan pentingnya pendidikan untuk anak bangsa ini. Generasi yang cerdas berkualitas bukan hanya generasi yang menguasai bahasa asing dan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi meliputi berbagai aspek kehidupan. Generasi yang cerdas berkualitas adalah generasi yang berakhlak mulia, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab di dalam masyarakat, mampu melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif, serta dapat memanfaatkan potensi kekayaan alam dan budayanya untuk kebahagiaan hidupnya dan kesejahteraan umat manusia di masa sekarang dan yang akan datang (sustainable development).

       Berbagai permasalahan pendidikan di Gili Asahan banyak ditemui. Gili Asahan hanya memiliki satu sekolah yaitu SDN 4 Batu Putih. Sekolah ini memiliki 7 orang guru, dengan jumlah siswa 135 orang yang dibagi dalam 6 rombongan belajar dengan jumlah ruangan belajar empat ruangan.[4] Kondisi bangunannya masih sederhana, belum dilengkapi sanitasi siswa, beberapa ruangan masih menggunakan papan tulis kapur dan sekolah ini belum memiliki akses internet, yang menjadi kebutuhan penting saat ini.[5]

       SDN 4 Batu Putih telah memiliki satu ruangan perpustakaan.[6] Akan tetapi, tidak dilengkapi fasililtas buku yang memadai. Buku yang masih kurang dan jenisnya yang sedikit ditambah ruang perpustakaan yang tidak didesain dengan baik, menjadi penyebab rendahnya minat membaca siswa. Padahal, membaca salah satu kunci sukses mencerdaskan generasi bangsa.

       Selain itu, setelah siswa lulus dari SDN 4 Batu Putih, mereka harus menyeberang ke Pulau Lombok untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk menyeberang sekitar 15-20 menit dengan menggunakan perahu.[7] Siswa juga harus mengeluarkan uang untuk bisa menyeberang, karena pemerintah tidak menyediakan fasilitas penyeberangan gratis bagi mereka. Mereka juga harus bergantung pada jadwal beroperasinya perahu nelayan, belum lagi jika hujan turun dan ombak besar, maka pakaian mereka akan basah.

       Jarak antara rumah siswa dan sekolah yang cukup jauh, ditambah permasalahan ekonomi menjadi penyebab banyaknya anak-anak Gili Asahan yang putus sekolah. Plt. Kepala Dinas Dikbud Lombok Barat mengakui angka rata-rata lama sekolah Lombok Barat masih tertinggal dibanding daerah lain.[8] Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019, angka rata-rata lama sekolah di Lombok Barat mencapai 6,4 tahun.[9] Angka putus sekolah di masa pandemi tentunya meningkat, akibat pembelajaran daring. Hal ini tidak lain disebabkan karena faktor ekonomi para orangtua siswa. Banyak siswa yang tidak memiliki alat daring. Kalaupun punya, mereka tidak mampu membeli kuota internet, sehingga anak-anak selama berbulan-bulan tidak mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh dan akhirnya sebagian dari mereka memutuskan untuk bekerja.

       Anak-anak di Gili Asahan, lebih banyak memilih untuk membantu orang tuanya yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Hal ini menunjukkan ketimpangan kualitas pendidikan. Anak-anak yang seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan baik dan layak, tetapi karena faktor ekonomi dan akses yang jauh, mengakibatkan mereka belum dapat menikmatinya. Pemerintah juga kurang aktif dalam menyelesaikan masalah pendidikan karena hingga saat ini, belum ada upaya pernyelesaian yang efektif.

       Sebagai daerah pariwisata, isu kesadaran akan pelestarian lingkungan juga penting diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian dunia dewasa ini. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang bertujuan meningkatkan  kualitas hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang akan datang, tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung bumi.

       Kesadaran untuk menjaga lingkungan Gili Asahan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya penanaman nilai-nilai pembangunan berkelanjutan di sekolah. Padahal, pendidikan merupakan fondasi dari pembangunan berkelanjutan. Pendidikan yang berkonsep pembangunan berkelanjutan (Education of Sustainable Development) memberikan pengetahuan kepada siswa tidak hanya sampai pada tingkat tahu, tetapi sampai pada tingkat kesadaran.

       Persoalan pendidikan di Gili Asahan menjadi isu penting yang harus segera diselesaikan. Perbaikan mutu pendidikan di Gili Asahan tidak dapat tercapai dengan optimal jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Akan tetapi, dibutuhkan kolaborasi yang berkelanjutan dari berbagai pihak. Kolaborasi yang berkelanjutan bisa terbentuk dengan didirikannya wadah perkumpulan bagi orang-orang yang memiliki visi yang sama untuk menciptakan pendidikan Gili Asahan yang bermutu tanpa diskriminasi. Salah satunya adalah dengan membentuk Gerakan Mengajar Asahan (GEMA). GEMA merupakan sebuah Gerakan yang melibatkan kolaborasi antara pemuda Gili Asahan dengan NGO dan relawan pendidikan yang ada di luar Gili Asahan dengan berpegang pada konsep Education for Sustainable Development (ESD).

B.       Pembahasan

       Tercapainya pendidikan yang bermutu  tanpa diskriminasi oleh kemampuan ekonomi ataupun kedudukan sosial merupakan salah satu wujud tercapainya cita-cita kemerdekaan yang seutuhnya. Pendidikan yang bermutu akan melahirkan generasi yang cerdas berkualitas yaitu generasi yang menguasai bahasa asing dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berakhlak mulia, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab di dalam masyarakat, kreatif dan inovatif, serta dapat memanfaatkan potensi kekayaan alam dan budayanya untuk kebahagiaan hidupnya dan kesejahteraan umat manusia di masa sekarang dan mendatang (sustainable development).

       Akan tetapi, berbagai ketimpangan di bidang pendidikan masih banyak terjadi khususnya di daerah pelosok Gili Asahan. Pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi masih sangat jauh dari kata ideal. Masalah pendidikan di Gili Asahan masih sangat banyak. Dari aspek keterjangkauan, anak-anak sangat sulit menjangkau tempat pendidikan akibat jarak rumah mereka dengan sekolah yang cukup jauh. Siswa yang telah lulus sekolah dasar harus menyeberang ke Pulau Lombok demi melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Jarak rumah siswa dengan sekolah yang cukup jauh tanpa akomodasi transportasi yang disediakan oleh pemerintah ditambah permasalahan ekonomi menjadi penyebab banyaknya anak-anak yang putus sekolah.

       Dari aspek ketersediaan sarana dan prasarana juga kurang memadai, Gili Asahan hanya memiliki satu sekolah dasar dengan tenaga pengajar yang kurang. Selain itu, kurangnya penanaman nilai-nilai pembangunan berkelanjutan di sekolah menyebabkan generasi Gili Asahan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Padahal, pemahaman akan pembangunan berkelanjutan terutama sejak dini amat penting  agar generasi mendatang tetap dapat menikmati sumber daya alam yang tersedia saat ini.

       Untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan yang terjadi di Gili Asahan, langkah perbaikan harus segera diambil. Salah satu langkah kecil yang dapat berdampak besar terhadap tercapainya pendidikan Gili Asahan yang bermutu tanpa diskriminasi adalah dengan dibentuknya Gerakan Mengajar Asahan (GEMA). GEMA merupakan sebuah wadah pergerakan yang menghimpun pemuda Gili Asahan yang memiliki visi yang sama membentuk pendidikan Gili Asahan yang bermutu tanpa diskriminasi. Pemuda Gili Asahan yang tergabung dalam GEMA akan berkolaborasi dengan NGO (National Government Organization) dan relawan pendidikan dari luar Gili Asahan yang pada dasarnya sudah memiliki pengalaman yang cukup mengenai perbaikan mutu pendidikan untuk mendapatan insight mengenai pengalaman, tips, dan strategi efektif dalam memajukan pendidikan. Pemuda Gili Asahan juga akan mendapatkan pelatihan dari relawan dan NGO seperti keterampilan digital marketing dan desain grafis sebagai bekal untuk mempromosikan GEMA di media sosial. Selain itu, mereka akan berkolaborasi langsung untuk  mengajar anak-anak di Gili Asahan, serta saling mendukung dari segi pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pendidikan.

       Gerakan Mengajar Asahan akan memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan masyarakat mengenai GEMA. Mengenalkan GEMA kepada masyarakat sangat penting untuk menghimpun donasi baik materi maupun nonmateri berupa sarana dan prasarana pembelajaran, seperti buku-buku bacaan. Media sosial yang akan dimanfaatkan yakni Instagram, Facebook, dan Twitter yang diisi dengan konten-konten kreatif mengenai pengembangan mutu pendidikan Gili Asahan, dokumentasi kegiatan GEMA, dan tempat pengumpulan donasi.

       Sebagai upaya mengatasi berbagai permasalahan pendidikan demi mewujudkan generasi Gili Asahan yang cerdas berkualitas, GEMA akan membuat berbagai program yang inovatif dan kreatif. Salah satunya adalah Rumah Baca. Gerakan Mengajar Asahan (GEMA) akan mendirikan Rumah Baca. Rumah Baca akan menyediakan buku-buku, seperti buku dongeng, buku berhitung, buku gambar, dan buku-buku bacaan lainnya yang cocok untuk anak usia pendidikan SD hingga SMA yang didekorasi sekreatif  mungkin. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan minat membaca anak-anak Gili Asahan.

       Rumah Baca juga akan dijadikaan tempat untuk mengajar anak-anak Gili Asahan di setiap akhir pekannya. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh GEMA akan dikemas dengan permainan, dan setiap akhir pertemuan akan diadakan Lomi (Lomba Mengingat), yakni mengingat apa yang telah dipelajari, dan setiap dari mereka yang menang akan diberikan hadiah. Ini adalah upaya kreatif dari GEMA untuk menarik minat anak-anak Gili Asahan untuk semangat belajar.

       GEMA akan memberdayakan perpustakaan sekolah yang ada di SDN 4 Batu Putih dengan menambah buku-buku pelajaran melalui kerjasama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan setempat. Perpustakaan sekolah juga akan didekorasi agar menarik minat para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah.

       Gerakan Mengajar Asahan (GEMA) akan mengajar anak-anak Gili Asahan berdasarkan jenjang pendidikannya dengan konsep Education for Sustainable Development (ESD).  Education for Sustainable Develompment (Pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan) merupakan proses pembelajaran (atau pendekatan terhadap pengajaran) yang didasarkan pada cita-cita luhur dan prinsip-prinsip yang mendasarkan pada keberlanjutan (sustainability) dengan memusatkan perhatian pada semua tingkat dan jenis pembelajaran dalam rangka memberikan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan pengembangan pembangunan manusia yang berkelanjutan.[10] Pengajaran dengan konsep ESD dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran generasi Gili Asahan bahwa keputusan dan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dapat dilakukan tanpa membahayakan lingkungan atau mengorbankan planet bumi. GEMA akan mengajarkan cara melestarikan lingkungan dan cara mencintai alam dengan tidak hanya memahami konsep, tetapi juga sistemnya.

       Gerakan Mengajar Asahan (GEMA) juga akan mengajarkan anak-anak pendidikan religi dan pendidikan karakter yang dinamai Sobat Religi. Sobat Religi akan diadakan pada sore hari, dua kali dalam sepekan. Anak-anak yang tidak memiliki kegiatan dapat mengikutinya. Selain itu, untuk meningkatkan keterampilan anak-anak Gili Asahan, GEMA juga akan menyediakan Ruang Minatku, yaitu sebuah wadah bagi anak-anak Gili Asahan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Diantara pengembangan minat yang akan diberikan yakni pelatihan vocal suara, kepenulisan, public speaking, menggambar, dan fotografi. Fotografi dipilih, mengingat Gili Asahan merupakan daerah pariwisata yang memiliki pemandangan indah. Pelatihan skill ini akan sangat bermanfaat bagi mereka untuk bisa menentukan tujuan mereka kedepannya. Pelatihan ini juga sangat penting untuk melatih jiwa kreativitas mereka.

       Selain itu, GEMA juga akan mendirikan Sekolah Desain. Sekolah Desain merupakan wadah untuk melatih dan mengajarkan cara membuat karya seni desain grafis. Desain grafis di era sekarang sangat dibutuhkan dan berpeluang akan terus dibutuhkan di masa mendatang seiring dengan kemajuan teknologi. Dengan kemampuan desain yang dimiliki, anak-anak Gili Asahan dapat memperoleh penghasilan dari menjual hasil karya desainnya di berbagai situs jasa freelance, ataupun dari hasil membuka jasa desain.

       Dari aspek tingginya angka putus sekolah karena jarak sekolah yang begitu jauh dan mengharuskan mereka menyeberang pulau ketika ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, GEMA akan menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat, perusahaan-perusahaan yang memiliki program CSR di Lombok Barat dan juga memanfaatkan donasi yang dikumpulkan untuk mendirikan sekolah tingkat SMP  di Gili Asahan dan menyediakan transportasi gratis bagi anak-anak Gili Asahan yang melanjutkan pendidikan ke pulau seberang.

       Dari aspek tingginya angka putus sekolah anak-anak Gili Asahan karena faktor ekonomi, GEMA akan mencarikan pendanaan beasiswa. Selain itu, GEMA akan mengadakan program Sekolah Impianku. Program ini akan diadakan sekali dalam sebulan, membahas sekolah-sekolah keren di Indonesia, profesi-profesi yang banyak diminati, dan juga nobar film-film inspirasi yang bisa menumbuhkan keinginan dan semangat anak-anak Gili Asahan untuk melanjutkan sekolah.

       Sumber daya manusia GEMA juga akan selalu ditingkatkan keahlian dan keterampilannya demi menjamin terlaksananya program-program GEMA dengan baik. Salah satunya adalah dengan menjalin kerjasama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan untuk mendapatkan pelatihan mengenai strategi pengajaran yang baik. Selain itu, GEMA juga akan selalu berusaha untuk mendapatkan pelatihan lainnya terkait dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh mereka dalam mengerjkan program-program GEMA dari lembaga-lembaga terkait. Pelatihan ini dapat diperoleh dari hasil kerjasama yang sebelumnya mereka lakukan.

C.      Penutup

       Gerakan Mengajar Asahan (GEMA) merupakan sebuah wadah pergerakan yang menghimpun pemuda Gili Asahan yang memiliki visi yang sama memajukan pendidikan Gili Asahan menuju pendidikan bermutu tanpa diskriminasi. Pemuda Gili Asahan yang tergabung dalam GEMA akan berkolaborasi dengan NGO (National Government Organization) dan relawan pendidikan dari luar Gili Asahan yang pada dasarnya telah memiliki pengalaman dalam peningkatan mutu pendidikan untuk mendapatkan insight mengenai pengalaman, tips, dan strategi efektif dalam memajukan pendidikan. Pemuda Gili Asahan akan mendapatkan pelatihan dari relawan dan NGO seperti keterampilan digital marketing dan desain grafis sebagai bekal dalam mempromosikan GEMA di media sosial. Selain itu, mereka akan berkolaborasi langsung untuk  mengajar anak-anak di Gili Asahan, serta saling mendukung dari segi pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di Gili Asahan.

       Gerakan Mengajar Asahan (GEMA) adalah strategi tepat untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan yang terjadi di Gili Asahan. Selain kolaborasi berkelanjutan, GEMA dengan berbagai program-program kreatif, inovatif, dan inspiratif  serta pengajaran berkonsep Education for Sustainable Development (ESD) yaitu pengajaran yang tidak hanya fokus untuk mengajar sampai pada tingkat tahu, tetapi sampai pada tingkat kesadaran akan mampu mewujudkan generasi Gili Asahan yang cerdas berkualitas.

Catatan kaki:

[1] Lombok 4fun Tour & Travel, Gili Asahan, Diakses dari https://lombok4fun.com/, pada tanggal 2 Juli 2021, Pukul 8.23

[2] Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jumlah Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2015, Diakses dari https://ntb.bps.go.id/, pada tanggal 2 Juli 2021, Pukul 8.04

[3] Badan Kedaulatan, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Diakses dari https://www.mkri.id, pada tanggal 3 Juli 2021

[4] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (50200176) SD NEGERI 4 BATU PUTIH, Diakses dari https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/, pada tanggal 2 Juli 2021, Pukul 9.48

[5] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SD NEGERI 4 BATU PUTIH Sinkronisasi terakhir: 16 Juni 2021 pkl 15:52:40.513, Diakses dari https://dapo.kemdikbud.go.id/, pada tanggal 2 Juli 2021 Pukul 09.28

[6] Ibid.

[7] Neser, Jangan Ke Lombok, Move On-Nya Berat, Kamu Gak Akan Kuat, Diakses dari https://neserike.com/, pada tanggal 3 Juli 2021, Pukul 5.32

[8] Suara NTB, Penyumbang Angka Putus Sekolah, Pemda Lobar Harus Fokus Tangani Daerah Pinggiran, Diakses dari https://www.suarantb.com/, pada tanggal 2 Juli 2021 Pukul 10.55

[9] Badan Pusat Statistik, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin 2017-2019, Diakses dari https://ntb.bps.go.id,  pada tanggal 3 Juli 2021 Pukul 03.55

[10] Noor Indah Mochtar dkk, Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development/ESD), Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Jakarta, 2014, hlm.9

LihatTutupKomentar